FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Pengajian Rutin “DOSEN FEB UNISMUH BELAJAR TAZKIYAH AL-NAFS”

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unismuh Makassar kembali menggelar pengajian rutin untuk dosen dan karyawan pada 29 Juli 2021.

Dekan FEB Dr. H. Andi Jam’an, SE., M.Si dalam sambutan pengantarnya mengatakan “Walaupun di tengah situasi pandemi corona ini, yang belum memungkinkan pengajian dilakukan secara offline, diharapkan tidak mengurangi keberkahan kegiatan pagi ini. Walaupun mendengarkan dan mengikuti di bilik kamar masing-masing, tapi nilai keilmuan dan pencerahan kalbu insya Allah akan kita dapatkan, karena kegiatan ini sudah kita rutinkan.”

Dekan FEB menambahkan, “kita juga sudah menyampaikan pada kyai Abbas untuk membahas secara khusus terkait tazkiyatun nafs.”

Ustaz Dr. Abbas Baco Miro, Lc., MA selaku pemateri mengemukakan tiga aspek terkait tazkiyatun nafs, yaitu makna tazkiyatun nafs, urgensi tazkiyatun nafs, dan cara mensucikan diri.

“At-tazkiyah bermakna at-tath-hiir, yaitu penyucian atau pembersihan. Adapun kata an-nafs (bentuk jamaknya: anfus dan nufus) berarti jiwa atau nafsu. Dengan demikian tazkiyatun nafs berarti penyucian jiwa atau nafsu kita. Namun at-tazkiyah tidak hanya memiliki makna penyucian. At-tazkiyah juga memiliki makna an-numuww, yaitu tumbuh. Maksudnya, tazkiyatun nafs itu juga berarti menumbuhkan jiwa kita agar bisa tumbuh sehat dengan memiliki sifat-sifat yang baik/terpuji,” kata Ustaz Abbas.

Ustaz Abbas lebih lanjut menjelaskan: “dari tinjauan bahasa dan istilah, bisa kita simpulkan bahwa tazkiyatun nafs itu pada dasarnya melakukan dua hal. Pertama, menyucikan jiwa kita dari sifat-sifat (akhlaq) yang buruk/tercela (disebut pula takhalliy), seperti kufur, nifaq, riya’, hasad, ujub, sombong, pemarah, rakus, suka memperturutkan hawa nafsu, dan sebagainya. Kedua, menghiasinya jiwa yang telah kita sucikan tersebut dengan sifat-sifat (akhlaq) yang baik/terpuji (disebut pula tahalliy) seperti ikhlas, jujur, zuhud, tawakkal, cinta dan kasih sayang, syukur, sabar, ridha, dan sebagainya.
Mengenai urgensi tazkiyatun nafs, Ustaz Abbas menjelaskan: Pertama, karena tazkiyatun nafs merupakan salah satu di antara tugas Rasulullah saw diutus kepada umatnya.
Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata (QS. Al-Jumu’ah: 2)
Kedua, tazkiyatun nafs merupakan sebab keberuntungan (al-falah). Dan ini ditegaskan oleh Allah SWT setelah bersumpah 11 kali secara berturut-turut, yang tidaklah Allah bersumpah sebanyak ini secara berturut-turut kecuali hanya di satu tempat, yaitu dalam QS Asy-Syams: 7-10:
Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)nya, maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya. Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya. (QS. Al-Syams: 7-10).

Ustaz Abbas menutup uraiannya dengan mengemukakan cara menyucikan diri yaitu dengan cara berupaya menjauhi perbuatan tercela yang bisa mengotori hati, kemudian kita berupaya menghiasi diri dengan akhlak terpuji.